From this Moment...

Daisypath Anniversary tickers

February 2, 2010

Note from (so called) Ex-Professional Legal Consultant!

Judul yang ambisius ^_^ Tapi sebenernya sama sekali ga ambisius, cuman ingin berbagi...anggaplah sebagai catatan kaki buat semua rekan-rekan yang saat ini masih berprofesi sebagai professional legal consultant, lawyer, advocate or whatever you name it, yang udah merasa (hampir) lelah dan eneg sama kerjaan itu!
Waktu masih bekerja di sebuah kantor konsultan hukum (as a professional legal consultant) dulu, aku memaki-maki kerjaan ini! Tiap bangun pagi (yang which is tidurnya juga baru pagi hari), pasti bawaannya pengen minum obat tidur aja biar ga bisa dibangunin!
What a life kalo aku harus punya dedikasi tinggi (*ga rasional*) buat kerjaan: 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, bekerja di kantor-di jalan-bahkan di rumah! Siap dipanggil at any time (*termasuk dalam masa cuti hari raya keagamaan!*).
What a life kalo client bisa aja nguber-nguber kerjaan bagaikan surat pos kilat khusus-sore order kerjaan, malem nagih kerjaan (*macam kita ga punya client lain buat diurusin*), mencaci maki kita kalau kerjaan ga beres, tapi sebaliknya...(seenaknya) terlambat atau bahkan mangkir nge-bayar legal fee kita!
What a life, kalo...bla...bla...bla....!!!
'till the time has come....I think thats enough!!! Setelah menikah, iming-iming gaji, bonus tahunan, dan segala materi itu langsung aja jadi pemikiran kesekian. Kalau kata orang tua siy "apa lagi siy yang dicari?!" Dan bener aja, dengan segala macam pertimbangan (terutama soal waktu), aku memutuskan untuk banting setir menjadi non-prefessional legal consultant! Hanya menjadi legal officer (sajah) di sebuah BUMN yang (alhamdulillah) lumayan besar, dengan harapan aku masih bisa bekerja, bermanfaat, nambah ilmu, dan tentunya bisa punya waktu banyak buat keluarga.
But, let me tell you one thing... I AM WRONG!!!
Dulu, aku dan pastinya para lawyer yang lain *terlanjur* terbiasa menjadi "andalan", ujung tombak kantor (buat cari pendapatan). So, kita semua bagaikan "anak manja" di kantor! Bisa dateng telat, pakaian non-formal, jam kerja fleksibel (ya iyalah...malam bagaikan siang, siang bagaikan malam), ga direpotin sama segala macem urusan internal kantor (*itu mah urusan orang back office*)...asal semua kerjaan selesai as expected. Bener-bener kita ga punya beban lain selain pekerjaan kita.....because we're paid for it!!! For (only) satisfying your clients! *like a prostitutes, hahaha*
Now....aku hanyalah pekerja biasa saja, tidak istimewa karena memang bukan ujung tombak, bahkan hanya supporting aja sifatnya! Aksesoris...pelengkap...penderita...kaum minoritas...termarjinalkan!! (*hahaha...say me lebay, but its true!*) Boro-boro deh...jangan harap bisa menjadi "anak emas" yang bisa berbuat apa aja (asal kerjaan beres), justru kita dianggap sebagai "beban" buat yang lain.:-(
How come?? This is the story.... Di bank sebesar B**K M*N***I ini, semua unit itu punya target-target angka yang (Masya Allah) besarnya. Masing-masing RM (*Relationship Manager - sejenis account manager, red*) punya target pencapaian setiap tahunnya. Target ini jadi dasar penilaian kinerja mereka (termasuk untuk penentuan pembagian bonus, kenaikan pangkat dan gaji, pastinya). Nah, di akhir tahun selalu diadakan evaluasi...n dari jumlah pencapaian para RM di unit itu, nominalnya dibagi dengan jumlah pegawai di unit ybs. So, muncullah hasil angka yang disebut "contribution margin per employee". Semakin besar angkanya menunjukkan semakin bagus dan efektif nya kerja di unit ybs! Can you feel now?? Gimana rasanya jadi legal officer di unit itu, menjadi beban pembagi (karena masuk itungan sebagai employee) tapi kita ga punya pencapaian target angka!!! Padahal, kalo dipikir-pikir, legal officer punya andil yang sangat amat berat di kegiatan bisnis mereka! Berapa besar resiko yang harus kita kawal dalam proses kredit yang nilainya bisa ratusan milyar, puluhan trilyun atau bahkan ratusan juta US Dollar!!! Kalau ada masalah hukum atas kredit itu, siapa coba yang (harus) pasang badan??? Tapi kenapa itu ga di "itung" yah?? Simpel karena bisnis perbankan kaya gini yang dilihat hanya profit dan target (nominal)! Ga da yang meihatnya dari sisi resikonya! Kalo semua kredit yang dikasih atau transaksi yang dilakukan "aman-aman" aja alias zero-risk, harusnya itu juga diitung sebagai pencapaian dunk, yang nilainya tak terhingga!
Itulah background-nya kenapa aku sebut "termarjinalkan", karena kehadiran kita seolah-olah ga dianggap! Jadi jangan heran kalo segala fasilitas dan keistimewaan jaman dulu (*waktu masih jadi lawyer*) ga akan di dapet sekarang. Termasuk, jangan harap dapet tingkat kenaikan gaji yang gede kaya temen-temen (RM) yang lain atau bonus tahunan yang bisa dipakai buat beli mobil atau pencapaian posisi tinggi macem direktur (hehehe....mendingan ga usah bermimpi daripada kecewa!).
Intinya siy begini...aku hanya ingin sharing buat temen-temen yang masih jadi lawyer sekarang...kalau temen-temen sekarang sudah mulai "membenci" kerjaan itu, mulai eneg dan mulai berpikir untuk berubah haluan (kaya aku), please re-consider! It's not only about the money (*ini siy urusan yang di Atas*), lebih kepada...please consider your pride (as professional), your (actual) value, your capacity and (the most one is ) your self-esteemed! Akan sangat bangga dan puas rasanya kalau kerjaan kita dihargai, diperhitungkan orang lain, dan pastinya ga justru dianggap sebagai "benalu". Mungkin ga hanya di perusahaan di bidang ini saja...tapi hampir di setiap perusahaan (selaian kantor konsultan hukum atau kantor advocate, tentunya), legal staff memang harus diakui bukan merupakan ujung tombak.
Semoga postingan ini ga dianggap provokatif...^_^ Anggap saja sebuah curhatan, untuk memotivasi temen-temen yang lain. Jangan cepat mengambil keputusan untuk pindah "haluan" (seperti aku) tanpa perhitungan mateng dari semua aspek....
Dianggap menyesal siy ga (100%) bener juga, cos aku tau amplop jawaban atas segala permohonanku (untuk mengatasi "masalah" diatas) belum dikirim Allah kepadaku. Setelah amplop jawaban atas pertanyaanku dulu "haruskah aku pindah kerja?", sudah dikirimkan Allah beberapa bulan yang lalu. Dari amplop itu, aku tau mengapa Allah "menuntun" ku untuk pindah. Dan kini, aku biarkan Allah menuntunku untuk tau yang terbaik, Amin:-)

No comments:

Post a Comment