From this Moment...

Daisypath Anniversary tickers

March 16, 2010

Reksadana (Part 1)

Yuppp....mau lanjut sharing tentang investasi, hasil tambahan ilmu dari seminar beberapa minggu lalu. Instrumen investasi yang waktu itu lebih dalem dibahas adalah investasi melalui jalur reksadana. Why Reksadana?? Mungkin karena reksadana ini terhitung lebih "aman" bagi pemula macam aku atau beberapa rekan2 yang masih muda. Aman karena memang kita ga perlu terlalu banyak men-cemplungkan modal (awal) dalam investasi ini . Jadi di reksa dana ini kita menyetorkan investasi awal dalam jumlah yang relatif kecil (*misalnya Rp 500 rb*). Nah dari uang segitu, kita akan memiliki beberapa unit penyertaan, tergantung dari NAB unit penyertaan itu waktu kita beli. Misalnya unit penyertaan kita saat beli adalah Rp 1000, maka kita memiliki 500 unit penyertaan. Modal awal kita yang Rp 500 rb tadi itu lalu oleh si Manager Investasi dikumpulin bersama-sama dengan investor lainnya sampai terkumpul sejumlah besar dana.
Trus apa yang dilakukan oleh Manajer Investasi?? Sama si Manager Investasi itu kemudian dana kita (dan investor lainnya), dikelola melalui portofolio tertentu tergantung pilihan jenis reksadana. Jenis reksadana itu, secara garis besar dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksa dana saham.
  • Reksadana Pasar Uang. Kalau dari awal kita memilih reksadana pasar uang dana para investor ini ditempatin untuk efek (surat berharga) yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun dan instrumen pasar uang (SBI, deposito), dengan presentase tertentu, misalnya 50%:50%, 40%:60%, dsb). Intinya siy di reksadana pendapatan tetap ini si Investor dijamin dengan pendapatan tetap yang didapat dari bunga surat berharga jangka pendek/ deposito itu.

# Ini adalah reksadana dengan tingkat resiko paling rendah, tujuannya adalah (i) sebagai perlindungan dan likuiditas dana; (ii) tidak fokus pada pertumbuhan investasi; dan (iii) menghindari resiko investasi.

  • Reksadana Pendapatan Tetap. Kalau dari awal kita memilih reksadana pendapatan tetap, dana para investor ini ditempatin sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek (surat berharga) bersifat utang (misalnya obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan swasta), dengan perbandingan presentasi tertentu.

# Reksadana ini memiliki resiko yang rendah, namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan reksadana pasar uang. Reksadana ini bertujuan untuk: (i) memilih investasi jangka menengah dan memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi dari produk konvensional perbankan.

  • Reksadana Campuran. Jika kita memilik reksadana campuran, maka investasi kita akan dialokasikan ke dalam portofolio berupa efek bersifat ekuitas (saham) dan efek bersifat utang (obligasi), dengan perbandingan tertentu.

# Reksadana campuran memiliki resiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif tinggi daripada reksadana pasar uang atau reksadana penghasilan tetap. Tujuan dari reksadana campuran adalah: (i) meraih pertumbuhan dana investasi; dan (ii) memilih instrumen jangka menengah dan panjang

  • Reksadana Saham. Portofolio dari reksadana saham ini terdiri dari mayoritas (sekurang-kurannya 80%) efek bersifat ekuitas (saham).
# Diantara jenis reksadana yang lain, reksadana saham ini memiliki tingkat resiko yang paling tinggi, namun mampu memberikan return yang tinggi juga sehingga cocok digunakan sarana untuk mengoptimalkan pertumbuhan dana investasi.
Sebagai tambahan informasi, khusus untuk reksadana yang memiliki portofolio saham dan/ atau obligasi, biasanya selain skala komposisi (presentase antara saham dan obligasi), Manajer Investasi sering juga melakukan pemilihan/klasifikasi saham per bidang usaha (misalnya dari reksadana yang 80% komposisinya terdiri dari saham, maka 20% ditempatkan di saham perusahaan industri perkebunan-20% saham perusahaan-perusahaan telekomunikasi-20% saham-saham perusahaan perbankan-20%saham perusahaan-perusahaan ritel, dll). Biasanya Manajer investasi akan memilih saham dari top ten companies (di bidang masing-masing tersebut) sehingga sahamnya memang (sangat) likuid dibursa atau saham dari selain top ten companies yang diperkirakan akan memiliki trend meningkat kinerjanya di masa yang akan datang.
Di postingan kali ini aku ga akan banyak ngebahas soal reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap yah karena sebenernya (kalau menurutku), kalau memang "hanya" berniat bermain "aman" di reksadana pasar uang dan pendapatan tetap ini, lebih baik kita lakukan sendiri...toh kita sudah sangat akrab kan berhubungan dengan tabungan, deposito atau obligasi pemerintah (macam ORI atau sukuk). Jadi mendingan, kalau mau optimal, mending kita kelola sendiri (*jadi ga perlu bayar biaya manajer investasi, cukup pantau saja sukun bunga tabungan/ deposito atau memilih besar kupon obligasi yang mau kita beli). Bedanya, kalau manajer investasi mungkin memang lebih tau bank mana yang memberikan suku bunga terbesar diantara bank-bank lain (*tapi ini sebenernya bisa kita pantau juga di koran kok*). Tapi beneran deh, suku bunga antar bank untuk deposito, apalagi untuk yang jangka waktu per tahun, ga beda jauh satu sama lain (*so jangan terlalu proaktif lah untuk pindah-pindah bank cuman buat ngejar suku bunga deposito aja...kecuali jumlahnya significant yah, heheh*).
Kalau untuk reksadana campuran dan saham memang kita memerlukan bantuan si Manajer Investasi ini. Selain kita membutuhkan jasa "pengumpulan dana" lewat reksadana yang dikelola Manajer Investasi karena kita ga bisa beli saham dalam jumlah sedikit (*minimal penbelian saham kan 1 lot=500 lbr*), juga karena kita ga intens untuk memantau saham-saham yang likuid di pasar atau saham-saham yang berpotensi naik. Nah, kalau gini baru woth it deh bayar fee nya si Manajer Investasi, hehehe (*pelit is number one for investment purposes*). Ow yah, yang perlu banget di ketahui dan disadari kita semua....karena portofolionya mayotiras di saham, yang tidak menghasilkan bunga/ kupon per bulan (*alhasil kita ga nerima pendapatan per bulan dari reksadana ini*), maka kita harus pinter-pinter atur strategi buat ngedapetin capital gain paling besar! Gimana caranya?? Ya satu-satunya jalan kita harus rajin melihat progress investasi kita lewat koran, jadi begitu tau harga saham kita naik besar (yang bikin NAB kita juga naik), kita bisa ambil keputusan buat lepas unit penyertaan kita, so kita dapet margin keuntungan yang besar juga (misalnya unit penyertaan kita waktu beli Rp 1.000, tapi karena pasar saham lagi bagus, NAB kita sekarang jadi Rp 3000, maka kita lepas deh unit penyertaan kita...which is kita dah dapt margin keuntungan Rp 2.000).
Wajar dunk kita mengharapkan margin keuntungan yang besar dalam reksadana saham ini...lha wong kita ga terima bunga atau pendapatan lainnya tiap bulan (kaya di reksadana pasar uang atau pendapatan tetap) kok!
Satu tips lagi niy dalam berinvestasi di reksadana saham:
DONT BE GREEDY!
Maksudnya apa?? Yup...kita ga pernah tau, kapan saham-saham yang menjadi portofolio investasi kita itu going up or going down! Jadi, biasanya sifat manusiawi kita sering muncul niy..... Kalau kita tau NAB kita naik, pasti kita ga akan pernah rela untuk ngelepas unit penyertaan kita (*karena berpikir saham-saham portofolio kita pasti bakal naik terus*), sebaliknya saat NAB kita turun, kita juga ga mau ngelepas unit penyertaan kita (*karena ga mau merugi sambil berharap saham-saham yang jadi portofolio kita bisa naik di kemudian hari*). Nah kalo udah gini.....banyak deh orang-orang yang untungnya ga maksimal atau bahkan gain loss parah!! Trus..trus, gimana dunk baiknya?? Kalau kata banyak buku siy, bagi pemula terutama, kalau mau main saham itu harus menetapkan target pribadi soal keuntungan yang mau dicapai (bisa 10%, 20% atau 30%! Misalnya target pribadi kita 20%, jadi seandainya NAB kita udah naik mencapai atau melampaui 20%, kita harus rela melepas unit penyertaan kita dan kita dapet keuntungan 20% itu tadi....dan sebaliknya, kalau NAB kita udah turun mendekati atau melampaui 20%, maka dont take risk untuk mempertahankan unit penyertaan kita...cepet lepas!!! Jadi, kalaupun kita rugi, ga habis-habisan lah...^_^.
Tapi dont worry, saat ini banyak Manajer Investasi juga punya program reksadana dengan sistem lock! Artinya, investasi kita di lock sampai dengan batas kerugian yang tidak melebihi batas tertentu. Nah, kalau reksadana kita ini udah ada program locknya, kita tinggal mantau target margin keuntungan deh...lebih gampang lah kerjaan kita! heheh...^_^.
Okay...okay...segitu dulu aja deh sharing soal reksadanya...kalau ada tambahan ilmu dari buku, seminar atau media yang lain, pasti aku posting lagi ^_^. Di bawah ini beberapa istilah yang banyak dipake dalam dunia pe-reksadana-an, termasuk banyak dipake di postingan kali ini....eng..ing...eng...
  • Unit Penyertaan: adalah ukuran yang menunjukkan jumlah penyertaan pihak pemodal (investor) dalam eksadana sesuai dengan portofolio efek yang disimpan dan dihitung oleh Bank Kustodian
  • Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV): mencerminkan nilai sebenarnya dari dana masyarakat yang ditanam di dalam Reksa Dana pada satu periode. Marjin NAB (perbedaan nilai NAB saat kita beli dan NAB saat kita jual, per unit penyertaan) inilah yang bisa jadi potensial keuntungan kita.
  • Manajer Investasi: pihak yang mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah.

Note: Ow yah, kalau ada yang berminat untuk mempelajari beberapa prospektus dari reksadana yang dikelola oleh beberapa Manajer Investasi (Mandiri Sekuritas, Schroders, Bahana Securities, Manulife Investment, Fortis dan Danareksa), aku punya sebagian lho (*aku ambil waktu ada promo di seminar*)...bisa dipinjem, atau bisa juga donlowd di web site mereka masing-masing.

3 comments:

  1. no, kl beli ORI gitu di mana sih? en den lanjutannya gmn? maksudnya gmn kita tau perkembangan uang kita. hihi....maap buta bgd soal yg beginian

    ReplyDelete
  2. jeng retno, aku ga ngerti soal reksadana *pusing*
    mw ngasih tau aja deh aku ganti alamat blog http://theikbals.blogspot.com/ tqu

    ReplyDelete
  3. @ Tya: kalo ORI bisa dibeli di bank-bank yang ditunjuk Pemerintah, say...(biasanya ditulis di iklan2 surat kabarnya). Jadi ya lgs dateng aja ke banknya trus beli sejumlah minimum pembelian (kalo mau beli lebih juga boleh, ga ada batasan maksimal kok). Perkembangannya bisa dipantau di koran, salah satunya di Bisnis Indonesia(sesuai kode ORI nya msg2), misalnya SR02 (sukuk ritel 02), ORI001, dsb (dikasih tauin kok sama CSO banknya). Nah, krn ORI ini instrumen di pasar sekunder, bisa dijual sebelum maturity date nya kok (maturity date nya biasanya 3-5 thn), tinggal dateng aja lagi ke bank pembelian dan minta form penjualan ORI. Gitu...semoga membantu :-)

    @ Olive: Hehehe...gpp, Bu..emang enakan baca buku reksadana yang banyak gambar2 nya, jadi kayak komik dan gampang dimengerti:-) Ow, pindah halaman toh...baiklah, aku simpen yah say ^_^

    ReplyDelete